Jumat, 23 Desember 2011

Kisah uang Rp, 1000 dan Rp. 100.000

Uang Rp. 1000 dan Rp. 100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia... Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari bank dan beredar di masyarakat.
Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda. Kemudian di antara kedua uang tersebut terjadilah percakapan, uang Rp. 100.000 bertanya kepada uang Rp. 1000; "Kenapa badan kamu egitu lusuh, kotor dan bau amis...?". Dijawablah oleh uang Rp. 1000; "Karena begitu keluar dari bank, aku langsung di tangan orang-orang bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan, dan di tangan pengemis."
Lalu Rp. 1000 bertanya balik kepada Rp. 100.000; "Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi, dan masih bersih?". Dijawab oleh Rp 100.000 "Karena begitu keluar dari bank, aku disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restoran-restoran mahal, di mall, dan juga di hotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet."
Lalu Rp. 1000 bertanya lagi; "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah ?". Kemudian Rp. 100.000 menjawab "Belum pernah." Rp. 1000 pun berkata lagi; "Ketahuilah, walaupun keadaan ku seperti ini adanya, setiap Jum'at aku selalu mampir di masjid-masjid, dan di tangan anak-anak yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada Allah. Aku tidak dipandang manusia bukan sebuah nilai, tetapi yang dipandang adalah sebuah manfaat..."
Akhirnya, menangislah uang Rp. 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi, namun tidak begitu bermanfaat selama ini.
Jadi, bukan seberapa besar penghasilan anda, tetapi seberapa bermanfaat penghasilan anda itu. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong. Amien...

Losta Nasta, bikin harimu semakin tertawa.

0 komentar:

Posting Komentar