Rabu, 30 November 2011

Air Laut yang dalam Layak dikonsumsi

Peneliti dari Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa air laut dalam berpotensi mendatangkan banjir menjadi sumber air yang layak dikonsumsi.

Menurut keterangan tertulis dari Humas IPB di Bogor, Jumat, peneliti tersebut adalah Prof Bonar P Pasaribu, Dr. Djisman M, dan Dr Jonson L Gaol yang merupakan peneliti dalam eksplorasi dan eksploitasi air laut dalam (ALD) di Indonesia.

Saat memaparkan penelitiannya, Jonson L Gaol menyatakan bahwa bumi, planet tempat amnusia hidup, sering dijuluki sebagai "Planet Air". Julukan itu diberikan, karena Bumi adalah planet yang memiliki air hingga 70 persen di permukaan nya.

Hanya saja, kata dia, yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan melimpahnya air tersebut bisa memenuhi kebutuhan manusia hingga "Tak Terbatas".

Karena itu, harus dicari alternatif sumber-sumber air layak konsumsi. Mengingat saat ini pencemaran lingkungan dan alih fungsi lahan menyebabkan kekeringan, mengakibatkan air berkurang dan layak konsumsi." katanya.

Menurut dia, penelitian yang dilakukan timnya bisa dijadikan sebagai alternatif sumber-sumber air layak konsumsi selain di darat.

Jonson menjelaskan bahwa air laut dalam (ALD) dengan kandungan mineralnya, setelah diolah dengan baik, sangat penting dan bermanfaat untuk pasokan air minum bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh manusia.

Penyediaan air mineral laut dalam ini juga merupakan suatu kegiatan yang bersifat strategis untuk mengantisipasi kemungkinan krisis air bersih di masa mendatang." katanya.

Ia mengatakan, ALD setelah melalui proses desalinasi, juga memberi hasil sampingan, yaitu garam berkualitas tinggi.

Disamping itu, ALD dapat diaplikasikan untuk berbagai kegunaan, yaitu untuk budidaya perikanan, pertanian, bahan kosmetik, obat-obatan, spa dan sebagai pendingin ruangan.

Menurut dia, salah satu kelebihan ALD ini adalah mengandung mineral yang sangat kaya dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Berbeda dengan air murni dalam kemasan yang tidak mengandung mineral.

Karena manfaatnya yang sangat baik, maka industri ALD telah berkembang di Hawaii dan Jepang sekitar 20 tahun silam, dan sejak sekitar lima tahun lalu di Korea Selatan, Taiwan, dan India juga telah mengembangkan industri ini.

"Di Jepang sendiri terdapat 13 merk air mineral laut dalam sebagai air minum dalam kemasan (AMDK) yang beredar di pasaran hingga sekarang." katanya. Ia menjelaskan, ALD disedot dari kedalaman 300 meter ini suhunya sekitar 10 derajat celcius, bersih, kaya nutrient, kaya minerla, dan stabil.

Kondisi ALD ini berbeda dengan air laut permukaan (di lapisan zona eufotik) yang sangat dipengaruhi proses yang terjadi di lapisan permukaan seperti fotosintesis, pencemaran, suspense sedimen dan blooming alga.

Dengan demikian, katanya, ALD sangat layak untuk dijadikan sebagai sumber air minum. Sementara itu, berdasarkan pengalaman Prof Bonar Pasaribu yang menimba ilmu selama 8 tahun di Jepang dan memlihat perkembangan industri maritim disana sejak 35 tahun yang lalu membuat terinspirasi.

Inspirasi itu tidak hanya mengembangkan pendidikan ilmu dan teknologi kelautan di Indonesia, tetapi juga mengembangkan industri maritim, salah satunya adalah industri ALD.

Bekerjasama dengan kolega nya yang satu almamater di Universitas Tokai, Jepang Kimiya Homma, mereka merintis industri ALD di Bali.

"Setelah hampir 2 tahun melakukan kajian, maka tahun ketiga telah mulai dibangun industri ALD di Bali." katanya.

Industri yang dibangun, kata dia, masih dalam skala laboratorium untuk menghasilkan seribu liter air mineral laut dalam per hari.

Setelah melakukan pengujian laboratorium dan memperoleh berbagai perizinan, maka saat ini air mineral laut-dalam dalam bentuk AMDK yang pertamadi Indonesia telah siap di distribusikan le masyarakat.

Produk AMDK ini di bawah PT. Omega Tirta Kyowa dengan merk dagang "Oceanis" telah dimulai dipasarkan di Pulau Bali.

(dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar